Senin, 18 Desember 2017

MAKALAH KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

BAB II
PEMBAHASAN


A.    Siapakah Tuhan itu ?
Lafal Ilahi yang artinya Tuhan, menyatakan berbagai obyek yang dibesarkan dari dipentingkan manusia, misalnya dalam surah  Al-Furqon : 43 yang artinya: “Apakah engkau melihat  orang yang meng-ilahkan keinginan-keinginan pribadinya?”
Orang menyediakan hawa nafsunya, yang dipuja dalam hidupnya, berarti telah berbuat syirik yang sebenarnya menurut Islam hawa nafsu harus tunduk kepada kehendak Allah Swt. Bagi manusia, Tuhan itu bisa dalam bentuk konkrit maupun abstrak/gaib. Dalam surah Al-Qashash :38, lafal ilah dipakai oleh Firaun untuk dirinya, yang artinya :
“Dan Fir’aun berkata, wahai para pembesar aku tidak menyangka bahwa kalian mempunyai ilah selain diriku”.
Menurut Ibnu Taimiyah Al-llah adalah yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya merendahkan diri dihadapannya, takut dan mengharapkannya, kepadanya umat tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa dan bertawakal kepadanya dan menimbulkan ketenangan disaat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya.
B.     Sejarah Pemikiran Manusia Tentang Islam

1.      Pemikiran Barat
Konsep ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang didasarkan atas pemikiran baik melalui pengalaman lahiriyah maupun batiniyah, baik yang bersifat pemikiran rasional maupun pengalaman batin. Dalam literatur sejarah agama, dikenal dengan teori evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi sempurna. Teori tersebut mula-mula dekemukakan oleh Max Muller, kemudian disusul oleh EB Taylor, Robertson Smith, Luboock dan Jevens. Proses perkembangan pemikiran tentang tuhan menurut evolusionisme adalah sebagai berikut:
a.       Dinamisme
Menurut ajaran ini manusia jaman primitif telah mengakui adanya kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh tersebut ditujukan pada benda. Setiap mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada yang berpengaruh negatif.
b.      Animisme
Disamping kepercayaan dinamisme, masyarakat primitif juga mempercayai adanya roh dalam hidupnya. Setiap benda yang dianggap benda baik, mempunyai roh. Oleh masyarakat primitif , roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa senang, rasa tidak senang serta mempunyai kebutuhan-kebutuhan . roh akan senang apabila kebutuhannya dipenuhi.
c.       Henoteisme
Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-kelamaan tidak memberikan kepuasan, karena terlalu banyak menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian disebut Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya. Ada Dewa yang bertanggung jawab terhadap cahaya, ada yang membidangi masalah angin, adapula yang membidangi masalah air dan lain sebagainya.

d.      Politeisme
Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum cendikiawan. Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui mempunyai kekuatan yang sama. Lama kelamaan kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitif (tertentu). Satu bangsa mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan, namun manusia masih mengakui tuhan (ilah) bangsa lain. Kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan Henoteisme (Tuhan tingkat nasional).
e.       Monoteisme
Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi monoteisme. Alam monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat internasional.
Evolusionisme ditentang Andrew lang, maka berangsur-angsur golongan evolusionisme menjadi reda dan sebaliknya sarjana-sarjana Eropa mulai menentang evolusionisme dan mulai memperkenalkan teori baru untuk memahami sejarah agam. Mereka menyatakan bahwa ide tentang tuhan tidak datang secara avolusi, tetapidengan relevansi atau wahyu.
2.      Pemikiran Umat Islam
Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid, Ilmu kalam, atau Ilmu Ushuluddin di kalangan umat Islam, timbul sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW. Secara garis besar, ada aliran yang bersifat liberal, tradisional, dan ada pula yang bersifat di antara keduanya. Sebab timbulnya aliran tersebut adalah karena adanya perbedaan metodologi dalam memahami alquran dan hadist liberal. Sebagian umat islam memahami dengan pendekatan tekstual sehingga lahir aliran yang bersifat tradisional. Ketiga corak pemikiran ini telah mewarnai sejarah pemikiran ilmu ketuhanan dalam Islam. Aliran tersebut adalah:
a.       Mu’tazilah
Yang merupakan kaum rasionalis di kalangan muslim, serta menekankan pemakaian  akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan keimanan dalam Islam. Orang Islam yang berbuat dosa besar, tidak kafir (manzilah bainal manzilatain).
            Dalam menganalisis ketuhanan, mereka memakai bantuan ilmu logika Yunani, satu sistem teologi untuk mempertahankan kedudukan keimanan. Hasil dari paham mu’tazilah yang bercorak rasional ialah muncul abad kemajuan ilmu pengetahuan akhirnya menurun dengan kalahnya mereka dalam perselisihan dengan kaum Islam ortodoks. Mu’tazilah lahir sebagai pecahan dari kelompok Qadariah, sedang qadariah adalh pecahan dari Khawarij.
b.      Qodariah
Yang berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dan berbuat. Manusia sendiri yang menghendaki apakah ia akan kafir atau mukmin dan hal itu yang menyebabkan manusia harus bertaanggung jawab atas perbuatannya.
c.       Jabariah
Yang merupakan pecahan dari mur’jiah berteori bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam berkehendak dan berbuat. Semua tingkah laku manusia ditentukan dan dipaksa oleh Tuhan.
d.      Asy’ ariyah dan Maturidiyah yang pendapatnya berada diantara qadariah dan jabariah.
Semua aliran mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan dalam kalangan umat Islam periode masa lalu. Pada psinsipnya aliran-aliran tersebut diatas tidak bertentangan dengan ajaran dasar Islam. Oleh karena itu umat islam yang memilih aliran mana saja diantara aliran-aliran tersebut sebagai teologi mana yang dianutnya, tidak menyebabkan ia keluar dari Islam.
C.    Tuhan Menurut Agama-agama Wahyu
Pengkajian manusia tentang tuhan, yang hanya didasarkan atas pengamatan dan pengalaman serta pemikiran manusia, tidak akan pernah benar. Sebab Tuhan adalah sesuatu yang ghaib, sehingga informasi tentang Tuhan yang hanya berasal dari manusia biarpun dinyatakan sebagai hasil renungan maupun pemikiran rasional, tidak akan benar.
                        Asal usul kepercayaan terhadap Tuhan antara lain tertera dalam :
1.      QS 21 (al-Anbiya:93) sesungguhnya agama yang diturunkan Allah adalah satu, yaitu agama tauhid. Oleh karena itu seharusnya manusia menganut satu agama, tetapi mereka telah berpecah belah. Mereka akan kembali kepada Allah dan Allah akan menghakimi mereka. Ayat tersebut diatas memberikan petunjuk kepada manusia bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan konsep tentang ajaran ketuhanan sejak zaman dahulu hingga sekarang. Melalui rasul-rasulnya, Allah memperkenalkan dirinya melalui ajarannya, yang dibawa para rasul, Adam sebagai rasul pertama dan Muhammad rasul terakhir.
2.      QS 5 (al- Maidah: 72 Al-Masih berkata: “ hai bani Israil sembahlah Allah tuhanku dan tuhan mu. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti mengharamkan kepadanya surga, dan tempat mereka adalah neraka.
3.      QS. 112 (al-Ikhlas: 1-4 “katakanlah, dialah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah tuhan yang bergantung padanya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan dan tidak ada seorangpun yang setara dengan dia.”
Dari ungkapan ayat-ayat tersebut, jelas bahwa Tuhan adalah Allah. Kata Allah adalah nama isim jamid atau personal name.
D.    Pembuktian Wujud Tuhan
1.      Metode pembuktian Ilmiah
Tantangan zaman modern terhadap agama terletak dalam masalah metode pembuktian. Metode ini mengenal hakikat melalui percobaan dan pengamatan, sedang akidah agama berhubungan dengan alam di luar indera, yang tidak mungkin dilakukan percobaan (agama didasarkan pada analogi dan induksi). Hal inilah yang menyebabkan menurut metode ini agama batal, sebab agama tidak mempunyai landasan ilmiah.
2.      Keberadaan Alam Membuktikan Adanya Tuhan
Adanya alam dan organisasinya yang menakjubkan dan rahasianya yang pelik, tidak boleh tidak memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu kekuatan yang telah menciptakannya, suatu “akal” yang tidak ada batasnya.
Jika percaya tentang eksistensi alam, maka secara logika harus percaya tentang adanya pencipta alam. “Pernyataan yang mengatakan: Percaya adanya makhluk, tetapi menolak adanya Khalik”  adalah suatu pernyataan yang tidak benar. Belum pernah diciptakan. Segala sesuatu bagaimanapun ukuranya, pasti ada penyebabnya. Oleh karena itu bagaimana akan percaya bahwa alam semesta yang demikian luasnya, ada dengan sendirinya tanpa pencipta?



3.      Pembuktian Adanya Tuhan dengan Pendekatan Fisika
Sampai abad ke-19 pendapat yang mengatakan bahwa alam menciptakan dirinya sendiri (alam bersifat azali) masih banyak pengikutnya. Tetapi setelah ditemukan “hukum kedua termodinamika”, pernyataan ini telah kehilangan landasan berpijak.
Hukum tersebut yang dikenal dengan hukum keterbatasan energi atau teori pembatasan perubahan energi panas membuktikan bahwa adanya alam tidak mungkin bersifat azali. Hukum tersebut menerangkan bahwa energi panas selalu berpindah dari keadaan panas beralih menjadi tidak panas. Perubahan energi panas dikendalikan oleh keseimbangan antara “energi yang ada” dengan “energi yang tidak ada”.
Bertitik tolak dari kenyataan bahwa proses kerja kimia dan fisika di alam terus berlangsung, serta kehidupan tetap berjalan. Hal ini membuktikan secara pasti bahwa alam bukan bersifat azali, seandainya alam ini azali, maka sejak dulu alam sudah kehilangan energinya, sesuai dengan hukum tersebut. Oleh karena itu pasti ada yang menciptakan alam yaitu Tuhan.
4.      Pembuktian Adanya Tuhan dengan Pendekatan Astronomi
Benda alam yang paling dekat dengan bumi adalah bulan, yang jaraknya dari bumi sekitar 240.000 mil, yang bergerak mengelilingi bumi dan menyelesaikan setiap edaranya selama dua puluh sembilan hari sekali. Demikian pula bumi yang terletak  93.000.000.000 mil dari matahari berputar pada porosnya dengan kecepatan seribu mil per jam dan menempuh garis edarnya sepanjang 190.000.000 mil setiap setahun sekali. Di samping bumi terdapat gugus sembilan planet tata surya, termasuk bumi, yang mengelilingi matahari dengan kecepatan luar biasa.
Logika manusia dengan memperhatikan sistem yang luar biasa dan organisasi yang teliti, akan berkesimpulan bahwa mustahil semuanya ini terjadi dengan sendirinya, bahkan akan menyimpulkan bahwa di balik semuanya itu ada kekuatan maha besar yang membuat dan mengendalikan sistem yang luar biasa tersebut, kekuatan tersebut adalah Tuhan.
E.     Pengertian Iman
Iman yang artinya percaya menunjuk sikap batin yang terletak dalam hati. Akibatnya orang yang percaya kepada Allah dan selainnya seperti yang ada dalam rukun iman, walaupun dalam sikap kesehariannya tidak mencerminkan ketaatan atau kepatuhan (taqwa) kepada yang telah dipercayainya, masih desebut orang yang beriman. Hal ini disebabkan karena adanya keyakinan mereka bahwa yang tahu tentang urusan hati manusia adalah Allah dan dengan membaca dua kalimah syahadat telah menjadi Islam.
Dalam surah al-Baqarah 165 dikatakan bahwa orang yang beriman adalah orang yang amat sangat cinta kepada Allah berarti amat sangat rindu terhadap ajaran Allah, yaitu alquran menurut Sunnah Rasul. Hal ini karena apa yang dikehendaki Allah, menjadi kehendak orang yang beriman, sehingga dapat menimbulkan tekad untuk mengorbankan segalanya dan kalau perlu mempertaruhkan nyawa.
Dalam hadist diriwayatkan Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan (Al-Immaanu aqdun bil qalbi waigraarun billisaani wa amalun bil arkaan). Dengan demikian, iman  merupakan kesatuan atau keselarasan antara hati, ucapan, dan perbuatan, serta dapat juga dikatakan sebagai pandangan dan sikap hidup atau pandangan hidup.
F.     Wujud Iman
Akidah Islam dalam alquran disebut iman. Iman bukan hanyan berarti percaya , melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berbuat. Oleh karena itu lapangan iman sangat luas, bahkan mencakup segala sesuatu yang dilakukan seorang muslim yang disebut amal soleh.
Seseorang dinyatakan iman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan kepercayaan itu mendoronnya untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai dengan keyakinan.
Akidah Islam adalah bagian yang paling penting pokok dalam agama Islam. Ia merupakan keyakinan yang menjadi dasar dari segala sesuatu tindakan atau amal. Seseorang dipandang sebagai muslim atau bukan muslim  tergantung pada aqidahnya.
Oleh karena itu menjadi seorang muslim berarti menyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam. Seluruh hidupnya didasarkan pada ajaran Islam.
G.    Proses Terbentuknya Iman
Spermatozoa dan ovum yang diproduksi dan dipertemukan atas dasar ketentuan yang digariskan ajaran Allah, merupakan benih yang baik. Allah menginginkan agar makanan yang dimakan berasal dari rezeki yang halalanthayyiban. Pandangan dan sikap hidup seorang ibu yang sedang hamil mempengaruhi psikis yang dikandungnya. Ibu yang mengandung tidak lepas dari pengaruh suami, maka secara tidak langsung pandangan dan sikap hidup suami juga berpengaruh secara psikologis terhadap bayi yang sedang dikandung.
Benih iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan pemupukan yang berkeseimbangan. Berbagai pengaruh terhadap  seseorang akan mengarahkan iman, kepribadian seseorang, baik yang datang dari lingkungan keluarga, masyarakat, pendidikan, maupun lingkungan termasuk benda-benda mati seperti cuaca, tanah, air, dan falura dan fauna.
Pengaruh pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak langsung sangat berpengaruh terhadap iman seseorang. Tingkah laku orang tua dalam rumah tangga senantiasa merupakan contoh dan teladan bagi anak-anaknya. Jangan harap anak berprilaku baik, apabila orang tuanya selalu melakukan perbuatan yang tercela. Dalam hal ini Nabi SAW bersabda, “ stiap anak, lahir membawa fitrah. Orang tuanya yang berperan menjadikan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.”
Pada dasarnya, proses pembentukan iman juga demikian. Diawali dengan proses perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran Allah adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah. jika seseorang tidak mengenal ajaran Allah, maka orang tersebut tidak mungkin beriman kepada Allah.
H.    Tanda – Tanda Orang Beriman
Al-quran menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:
a.       Jika desebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusah agar ilmu Allah tidak lepas dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat alquran, mak bergejolak hatinya untuk segera melaksanakan (al-Anfal: 2) Dia akan memahami ayat yang tidak dia ketahui.
b.      Senantiasa tawakkal
c.       Tertib dalam melaksanakan solat.
d.      Menafkahkan rezeki yang diterimanya.
e.       Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat
f.       Memelihara amanah dan menempati janji
g.      Berjihad di jalan Allah
h.      Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin
Ilmuan terkenal sekaligus bapak astronomi modern, Johan Kepler, mengatakan, “semakin kita memahami alam penciptaan dan keagungan bintang-bintang di langit semakin kuat pula keimanan kita.”

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

1.      Bagi manusia, Tuhan itu bisa dalam bentuk konkrit maupun abstrak/gaib.
2.  Menurut Ibnu Taimiyah Al-llah adalah yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya merendahkan diri dihadapannya, takut dan mengharapkannya, kepadanya umat tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa dan bertawakal kepadanya dan menimbulkan ketenangan disaat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya.
3.      Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid, Ilmu kalam, atau Ilmu Ushuluddin di kalangan umat Islam, timbul sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW
4.      Dalam surah al-Baqarah 165 dikatakan bahwa orang yang beriman adalah orang yang amat sangat cinta kepada Allah berarti amat sangat rindu terhadap ajaran Allah, yaitu alquran menurut Sunnah Rasul. Hal ini karena apa yang dikehendaki Allah, menjadi kehendak orang yang beriman, sehingga dapat menimbulkan tekad untuk mengorbankan segalanya dan kalau perlu mempertaruhkan nyawa.

B.     Saran
Sebagai penulis kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Karena saran dan kritik itu akan bermanfaat bagi untuk memperbaiki makalah ini lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Wahyudin, Dkk, 2009. Pendidikan Agama Islam Untuk
Perguruan Tinggi,Bandung, Grasindo
Yani Achmad,  1999. Agama Dalam Sebuah Republik, Jakarta, Soekarno Hatta
Qosim Abdul, 2003. Menuju Islam Rasional,Jakarta, Hawra Publisher
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Translate