BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Siapakah Tuhan itu ?
Lafal Ilahi
yang artinya Tuhan, menyatakan berbagai obyek yang dibesarkan dari dipentingkan
manusia, misalnya dalam surah Al-Furqon
: 43 yang artinya: “Apakah engkau melihat
orang yang meng-ilahkan keinginan-keinginan pribadinya?”
Orang
menyediakan hawa nafsunya, yang dipuja dalam hidupnya, berarti telah berbuat
syirik yang sebenarnya menurut Islam hawa nafsu harus tunduk kepada kehendak
Allah Swt. Bagi manusia, Tuhan itu bisa dalam bentuk konkrit maupun
abstrak/gaib. Dalam surah Al-Qashash :38, lafal ilah dipakai oleh Firaun untuk
dirinya, yang artinya :
“Dan Fir’aun
berkata, wahai para pembesar aku tidak menyangka bahwa kalian mempunyai ilah
selain diriku”.
Menurut Ibnu
Taimiyah Al-llah adalah yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk
kepadanya merendahkan diri dihadapannya, takut dan mengharapkannya, kepadanya
umat tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa dan bertawakal
kepadanya dan menimbulkan ketenangan disaat mengingatnya dan terpaut cinta
kepadanya.
B.
Sejarah Pemikiran Manusia Tentang Islam
1.
Pemikiran Barat
Konsep
ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang didasarkan atas
pemikiran baik melalui pengalaman lahiriyah maupun batiniyah, baik yang
bersifat pemikiran rasional maupun pengalaman batin. Dalam literatur sejarah
agama, dikenal dengan teori evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya
proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lama kelamaan meningkat menjadi
sempurna. Teori tersebut mula-mula dekemukakan oleh Max Muller, kemudian
disusul oleh EB Taylor, Robertson Smith, Luboock dan Jevens. Proses
perkembangan pemikiran tentang tuhan menurut evolusionisme adalah sebagai
berikut:
a.
Dinamisme
Menurut ajaran ini
manusia jaman primitif telah mengakui adanya kekuatan yang berpengaruh dalam
kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh tersebut ditujukan pada benda.
Setiap mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada
yang berpengaruh negatif.
b.
Animisme
Disamping
kepercayaan dinamisme, masyarakat primitif juga mempercayai adanya roh dalam
hidupnya. Setiap benda yang dianggap benda baik, mempunyai roh. Oleh masyarakat
primitif , roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah
mati. Oleh karena itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang selalu hidup,
mempunyai rasa senang, rasa tidak senang serta mempunyai kebutuhan-kebutuhan .
roh akan senang apabila kebutuhannya dipenuhi.
c.
Henoteisme
Kepercayaan
dinamisme dan animisme lama-kelamaan tidak memberikan kepuasan, karena terlalu
banyak menjadi sanjungan dan pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian
disebut Dewa mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya.
Ada Dewa yang bertanggung jawab terhadap cahaya, ada yang membidangi masalah
angin, adapula yang membidangi masalah air dan lain sebagainya.
d.
Politeisme
Politeisme
tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum cendikiawan. Oleh karena itu
dari dewa-dewa yang diakui mempunyai kekuatan yang sama. Lama kelamaan
kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitif (tertentu). Satu bangsa
mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan, namun manusia masih mengakui
tuhan (ilah) bangsa lain. Kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut
dengan Henoteisme (Tuhan tingkat nasional).
e.
Monoteisme
Kepercayaan
dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi monoteisme. Alam monoteisme hanya
mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat internasional.
Evolusionisme ditentang
Andrew lang, maka berangsur-angsur golongan evolusionisme menjadi reda dan
sebaliknya sarjana-sarjana Eropa mulai menentang evolusionisme dan mulai
memperkenalkan teori baru untuk memahami sejarah agam. Mereka menyatakan bahwa
ide tentang tuhan tidak datang secara avolusi, tetapidengan relevansi atau
wahyu.
2.
Pemikiran Umat Islam
Pemikiran
terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid, Ilmu kalam, atau Ilmu Ushuluddin di
kalangan umat Islam, timbul sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW. Secara garis
besar, ada aliran yang bersifat liberal, tradisional, dan ada pula yang
bersifat di antara keduanya. Sebab timbulnya aliran tersebut adalah karena
adanya perbedaan metodologi dalam memahami alquran dan hadist liberal. Sebagian
umat islam memahami dengan pendekatan tekstual sehingga lahir aliran yang
bersifat tradisional. Ketiga corak pemikiran ini telah mewarnai sejarah
pemikiran ilmu ketuhanan dalam Islam. Aliran tersebut adalah:
a.
Mu’tazilah
Yang merupakan kaum rasionalis di kalangan muslim, serta menekankan
pemakaian akal pikiran dalam memahami
semua ajaran dan keimanan dalam Islam. Orang Islam yang berbuat dosa besar,
tidak kafir (manzilah bainal manzilatain).
Dalam menganalisis ketuhanan, mereka
memakai bantuan ilmu logika Yunani, satu sistem teologi untuk mempertahankan
kedudukan keimanan. Hasil dari paham mu’tazilah yang bercorak rasional ialah
muncul abad kemajuan ilmu pengetahuan akhirnya menurun dengan kalahnya mereka
dalam perselisihan dengan kaum Islam ortodoks. Mu’tazilah lahir sebagai pecahan
dari kelompok Qadariah, sedang qadariah adalh pecahan dari Khawarij.
b.
Qodariah
Yang berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam
berkehendak dan berbuat. Manusia sendiri yang menghendaki apakah ia akan kafir
atau mukmin dan hal itu yang menyebabkan manusia harus bertaanggung jawab atas
perbuatannya.
c.
Jabariah
Yang merupakan pecahan dari mur’jiah berteori bahwa manusia tidak
mempunyai kemerdekaan dalam berkehendak dan berbuat. Semua tingkah laku manusia
ditentukan dan dipaksa oleh Tuhan.
d.
Asy’
ariyah dan Maturidiyah yang pendapatnya berada diantara qadariah dan jabariah.
Semua aliran
mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan dalam kalangan umat Islam periode masa
lalu. Pada psinsipnya aliran-aliran tersebut diatas tidak bertentangan dengan
ajaran dasar Islam. Oleh karena itu umat islam yang memilih aliran mana saja
diantara aliran-aliran tersebut sebagai teologi mana yang dianutnya, tidak
menyebabkan ia keluar dari Islam.
C.
Tuhan Menurut Agama-agama Wahyu
Pengkajian
manusia tentang tuhan, yang hanya didasarkan atas pengamatan dan pengalaman
serta pemikiran manusia, tidak akan pernah benar. Sebab Tuhan adalah sesuatu
yang ghaib, sehingga informasi tentang Tuhan yang hanya berasal dari manusia
biarpun dinyatakan sebagai hasil renungan maupun pemikiran rasional, tidak akan
benar.
Asal
usul kepercayaan terhadap Tuhan antara lain tertera dalam :
1.
QS
21 (al-Anbiya:93) sesungguhnya agama yang diturunkan Allah adalah satu, yaitu
agama tauhid. Oleh karena itu seharusnya manusia menganut satu agama, tetapi
mereka telah berpecah belah. Mereka akan kembali kepada Allah dan Allah akan
menghakimi mereka. Ayat tersebut diatas memberikan petunjuk kepada manusia
bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan konsep tentang ajaran ketuhanan sejak
zaman dahulu hingga sekarang. Melalui rasul-rasulnya, Allah memperkenalkan
dirinya melalui ajarannya, yang dibawa para rasul, Adam sebagai rasul pertama
dan Muhammad rasul terakhir.
2.
QS 5
(al- Maidah: 72 Al-Masih berkata: “ hai bani Israil sembahlah Allah tuhanku dan
tuhan mu. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka
pasti mengharamkan kepadanya surga, dan tempat mereka adalah neraka.
3.
QS.
112 (al-Ikhlas: 1-4 “katakanlah, dialah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah
tuhan yang bergantung padanya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula
diperanakkan dan tidak ada seorangpun yang setara dengan dia.”
Dari ungkapan ayat-ayat tersebut, jelas bahwa Tuhan adalah Allah.
Kata Allah adalah nama isim jamid atau personal name.
D.
Pembuktian Wujud Tuhan
1.
Metode pembuktian Ilmiah
Tantangan zaman
modern terhadap agama terletak dalam masalah metode pembuktian. Metode ini
mengenal hakikat melalui percobaan dan pengamatan, sedang akidah agama
berhubungan dengan alam di luar indera, yang tidak mungkin dilakukan percobaan
(agama didasarkan pada analogi dan induksi). Hal inilah yang menyebabkan
menurut metode ini agama batal, sebab agama tidak mempunyai landasan ilmiah.
2.
Keberadaan Alam Membuktikan Adanya Tuhan
Adanya alam dan
organisasinya yang menakjubkan dan rahasianya yang pelik, tidak boleh tidak
memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu kekuatan yang telah menciptakannya,
suatu “akal” yang tidak ada batasnya.
Jika percaya
tentang eksistensi alam, maka secara logika harus percaya tentang adanya
pencipta alam. “Pernyataan yang mengatakan: Percaya adanya makhluk, tetapi
menolak adanya Khalik” adalah suatu
pernyataan yang tidak benar. Belum pernah diciptakan. Segala sesuatu
bagaimanapun ukuranya, pasti ada penyebabnya. Oleh karena itu bagaimana akan
percaya bahwa alam semesta yang demikian luasnya, ada dengan sendirinya tanpa
pencipta?
3.
Pembuktian Adanya Tuhan dengan Pendekatan Fisika
Sampai
abad ke-19 pendapat yang mengatakan bahwa alam menciptakan dirinya sendiri
(alam bersifat azali) masih banyak pengikutnya. Tetapi setelah ditemukan “hukum
kedua termodinamika”, pernyataan ini telah kehilangan landasan berpijak.
Hukum tersebut
yang dikenal dengan hukum keterbatasan energi atau teori pembatasan perubahan
energi panas membuktikan bahwa adanya alam tidak mungkin bersifat azali. Hukum
tersebut menerangkan bahwa energi panas selalu berpindah dari keadaan panas
beralih menjadi tidak panas. Perubahan energi panas dikendalikan oleh
keseimbangan antara “energi yang ada” dengan “energi yang tidak ada”.
Bertitik tolak
dari kenyataan bahwa proses kerja kimia dan fisika di alam terus berlangsung,
serta kehidupan tetap berjalan. Hal ini membuktikan secara pasti bahwa alam
bukan bersifat azali, seandainya alam ini azali, maka sejak dulu alam sudah
kehilangan energinya, sesuai dengan hukum tersebut. Oleh karena itu pasti ada
yang menciptakan alam yaitu Tuhan.
4.
Pembuktian Adanya Tuhan dengan Pendekatan Astronomi
Benda alam yang
paling dekat dengan bumi adalah bulan, yang jaraknya dari bumi sekitar 240.000
mil, yang bergerak mengelilingi bumi dan menyelesaikan setiap edaranya selama
dua puluh sembilan hari sekali. Demikian pula bumi yang terletak 93.000.000.000 mil dari matahari berputar
pada porosnya dengan kecepatan seribu mil per jam dan menempuh garis edarnya
sepanjang 190.000.000 mil setiap setahun sekali. Di samping bumi terdapat gugus
sembilan planet tata surya, termasuk bumi, yang mengelilingi matahari dengan
kecepatan luar biasa.
Logika manusia
dengan memperhatikan sistem yang luar biasa dan organisasi yang teliti, akan
berkesimpulan bahwa mustahil semuanya ini terjadi dengan sendirinya, bahkan
akan menyimpulkan bahwa di balik semuanya itu ada kekuatan maha besar yang
membuat dan mengendalikan sistem yang luar biasa tersebut, kekuatan tersebut
adalah Tuhan.
E.
Pengertian Iman
Iman yang artinya
percaya menunjuk sikap batin yang terletak dalam hati. Akibatnya orang yang
percaya kepada Allah dan selainnya seperti yang ada dalam rukun iman, walaupun
dalam sikap kesehariannya tidak mencerminkan ketaatan atau kepatuhan (taqwa)
kepada yang telah dipercayainya, masih desebut orang yang beriman. Hal ini
disebabkan karena adanya keyakinan mereka bahwa yang tahu tentang urusan hati
manusia adalah Allah dan dengan membaca dua kalimah syahadat telah menjadi
Islam.
Dalam surah
al-Baqarah 165 dikatakan bahwa orang yang beriman adalah orang yang amat sangat
cinta kepada Allah berarti amat sangat rindu terhadap ajaran Allah, yaitu
alquran menurut Sunnah Rasul. Hal ini karena apa yang dikehendaki Allah,
menjadi kehendak orang yang beriman, sehingga dapat menimbulkan tekad untuk
mengorbankan segalanya dan kalau perlu mempertaruhkan nyawa.
Dalam hadist
diriwayatkan Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan dengan keyakinan dalam
hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan (Al-Immaanu
aqdun bil qalbi waigraarun billisaani wa amalun bil arkaan). Dengan
demikian, iman merupakan kesatuan atau
keselarasan antara hati, ucapan, dan perbuatan, serta dapat juga dikatakan
sebagai pandangan dan sikap hidup atau pandangan hidup.
F.
Wujud Iman
Akidah Islam
dalam alquran disebut iman. Iman bukan hanyan berarti percaya , melainkan keyakinan
yang mendorong seorang muslim untuk berbuat. Oleh karena itu lapangan iman
sangat luas, bahkan mencakup segala sesuatu yang dilakukan seorang muslim yang
disebut amal soleh.
Seseorang
dinyatakan iman bukan hanya percaya terhadap sesuatu, melainkan kepercayaan itu
mendoronnya untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai dengan keyakinan.
Akidah Islam
adalah bagian yang paling penting pokok dalam agama Islam. Ia merupakan
keyakinan yang menjadi dasar dari segala sesuatu tindakan atau amal. Seseorang
dipandang sebagai muslim atau bukan muslim
tergantung pada aqidahnya.
Oleh karena itu
menjadi seorang muslim berarti menyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang
diatur dalam ajaran Islam. Seluruh hidupnya didasarkan pada ajaran Islam.
G.
Proses Terbentuknya Iman
Spermatozoa dan
ovum yang diproduksi dan dipertemukan atas dasar ketentuan yang digariskan
ajaran Allah, merupakan benih yang baik. Allah menginginkan agar makanan yang
dimakan berasal dari rezeki yang halalanthayyiban. Pandangan dan sikap hidup
seorang ibu yang sedang hamil mempengaruhi psikis yang dikandungnya. Ibu yang
mengandung tidak lepas dari pengaruh suami, maka secara tidak langsung
pandangan dan sikap hidup suami juga berpengaruh secara psikologis terhadap
bayi yang sedang dikandung.
Benih iman yang
dibawa sejak dalam kandungan memerlukan pemupukan yang berkeseimbangan.
Berbagai pengaruh terhadap seseorang
akan mengarahkan iman, kepribadian seseorang, baik yang datang dari lingkungan
keluarga, masyarakat, pendidikan, maupun lingkungan termasuk benda-benda mati
seperti cuaca, tanah, air, dan falura dan fauna.
Pengaruh
pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak langsung sangat berpengaruh
terhadap iman seseorang. Tingkah laku orang tua dalam rumah tangga senantiasa
merupakan contoh dan teladan bagi anak-anaknya. Jangan harap anak berprilaku
baik, apabila orang tuanya selalu melakukan perbuatan yang tercela. Dalam hal
ini Nabi SAW bersabda, “ stiap anak, lahir membawa fitrah. Orang tuanya yang
berperan menjadikan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.”
Pada dasarnya,
proses pembentukan iman juga demikian. Diawali dengan proses perkenalan,
kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran Allah adalah
langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah. jika seseorang tidak mengenal
ajaran Allah, maka orang tersebut tidak mungkin beriman kepada Allah.
H.
Tanda – Tanda Orang Beriman
Al-quran
menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:
a.
Jika
desebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusah agar ilmu Allah tidak
lepas dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat alquran, mak bergejolak
hatinya untuk segera melaksanakan (al-Anfal: 2) Dia akan memahami ayat yang
tidak dia ketahui.
b.
Senantiasa
tawakkal
c.
Tertib
dalam melaksanakan solat.
d.
Menafkahkan
rezeki yang diterimanya.
e.
Menghindari
perkataan yang tidak bermanfaat
f.
Memelihara
amanah dan menempati janji
g.
Berjihad
di jalan Allah
h.
Tidak
meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin
Ilmuan terkenal sekaligus bapak astronomi modern, Johan Kepler,
mengatakan, “semakin kita memahami alam penciptaan dan keagungan
bintang-bintang di langit semakin kuat pula keimanan kita.”
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Bagi
manusia, Tuhan itu bisa dalam bentuk konkrit maupun abstrak/gaib.
2.
Menurut
Ibnu Taimiyah Al-llah adalah yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk
kepadanya merendahkan diri dihadapannya, takut dan mengharapkannya, kepadanya
umat tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa dan bertawakal
kepadanya dan menimbulkan ketenangan disaat mengingatnya dan terpaut cinta
kepadanya.
3.
Pemikiran
terhadap Tuhan yang melahirkan Ilmu Tauhid, Ilmu kalam, atau Ilmu Ushuluddin di
kalangan umat Islam, timbul sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW
4.
Dalam
surah al-Baqarah 165 dikatakan bahwa orang yang beriman adalah orang yang amat
sangat cinta kepada Allah berarti amat sangat rindu terhadap ajaran Allah,
yaitu alquran menurut Sunnah Rasul. Hal ini karena apa yang dikehendaki Allah,
menjadi kehendak orang yang beriman, sehingga dapat menimbulkan tekad untuk
mengorbankan segalanya dan kalau perlu mempertaruhkan nyawa.
B.
Saran
Sebagai penulis
kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Karena saran dan kritik
itu akan bermanfaat bagi untuk memperbaiki makalah ini lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Wahyudin, Dkk, 2009. Pendidikan Agama Islam Untuk
Perguruan Tinggi,Bandung,
Grasindo
Yani Achmad, 1999. Agama
Dalam Sebuah Republik, Jakarta, Soekarno Hatta
Qosim Abdul, 2003. Menuju Islam Rasional,Jakarta, Hawra
Publisher
Tidak ada komentar:
Posting Komentar